Pemerintah dalam hal ini Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) berharap bisnis kemitraan usaha SPBU bersama dengan PT Pertamina (Persero) yakni SPBU Pertashop tetap bertahan. Meskipun jurang harga Pertamax dan Pertalite terlampau tinggi.
Seperti yang diketahui, SPBU Pertashop hanya menjual BBM jenis Pertamax Cs yang harganya saat ini mencapai Rp 12.500 per liter jauh di atas Pertalite yang hanya Rp 7.650 per liter.
"Kami berharap preferensi masyarakat yang sebelumnya memilih Pertamax karena memilih BBM yang lebih bersih dan hemat, tetap bertahan," ungkap Anggota Badan Pengatur Hilir Minyak dan gas Bumi (BPH Migas) Saleh Abdurrahman.
Bisnis SPBU Pertashop dikabarkan mati suri oleh Anggota DPR RI Komisi VII Hendrik Halomoan Sitompul, yang mengatakan bahwa kenaikan BBM jenis Pertamax cukup berpengaruh terhadap bisnis usaha Pertashop. Hal ini terjadi lantaran kebanyakan konsumen mulai beralih menggunakan Pertalite yang harganya masih jauh lebih murah.
Berdasarkan laporan yang Hendrik terima, asosiasi paguyuban Pertashop berencana akan menggelar demo ke Kementerian BUMN untuk meminta pertanggung jawaban. Pasalnya, bisnis mereka menjadi mati suri dengan adanya perbedaan harga yang cukup jauh.
"Karena perbedaan harga Pertalite dengan Pertamax akhirnya mati suri jadi mereka mau ke Kementerian BUMN mau minta pertanggungjawaban ke BUMN. Ini gimana statusnya Pertashop ketika situasi seperti ini mereka ditinggalkan," kata dia.
Oleh sebab itu, ia pun meminta agar pemerintah dapat segera merespon permasalahan tersebut. Mengingat, sepinya konsumen Pertashop telah menyebabkan kredit pelaku usaha kepada Bank turut macet dan berpotensi asetnya disita.
"Itu dulu program BRI kalau gak salah waktu bangun itu karena mati suri itu gak mampu bayar. Mereka pinjam uang ke BANK untuk bangun itu. Mohon perhatian lah kalau bapak ketemu Kementerian BUMN tolong sampaikan. Ini sangat serius terkait Pertashop. Saya juga gak tahu ketika ditanya kapan Pertalite nya naik," ujarnya.
Menanggapi ini, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menyatakan, bahwa hal itu sedang menjadi konsentrasi perusahaan untuk menciptakan ekositem yang mendukung kehadiran Pertashop.
Karena sejatinya. "Pertashop hadir sebagai outlet BBM Non Subsidi, sementara harga BBM Non Subsidi memang sangat dipengaruhi faktor eksternal termasuk harga minyak dunia dan kurs," ungkap dia.
Belum diketahui, apakah kemungkinan SPBU Pertashop ke depan bisa menjual BBM Pertalite. Atas hal ini Irto hanya bilang bahwa pemerintah saat ini dalam proses revisi Perpres 191/2014 khususnya dalam penentuan kriteria penerima BBM Subsidi.