Coffee Toffee, Tempat Kongko Asyik Kalangan Komunitas

“Jelas, strategi digital marketing kami adalah menggaet komunitas-komunitas yang ada di masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar kami bisa dengan tepat memilih segmen pasar yang sesuai dengan karakteristik produk kami,” ujar Moch. Ilham selaku Expansion Staff Coffee Toffee.

Dia menyebut, strategi mendekati komunitas tersebut membawa dampak yang cukup signifikan dalam menggenjot angka penjualan. Dalam catatannya, kontribusi revenue digital marketing yang berasal dari komunitas dapat menyumbang penjualan pada kisaran persentase 20% hingga 40%.

“Cukup bagus strategi ini buat kami dan cara ini akan terus kami pertahankan sampai limit maksimal,” katanya.

Saluran seperti Instagram, Facebook dan Twitter merupakan beberapa platform yang terus dioptimalkan oleh  Coffee Toffee. Bahkan, sebelum beberapa brand gencar berhijrah ke sistem pemasaran dan promosi secara digital, gerai kopi ini sudah mulai melakukannya sejak 2012.

“Sudah lama kami masuk ke digital, makanya saat ini sudah  bisa merasakan hasil yang cukup signifikan,” imbuhnya.

Ilham mengungkapkan bahwa management telah menyediakan anggaran sekitar 4% dari total penjualan tahunan yang khusus dialokasikan untuk pengembangan brand image dan sarana promosi secara online. Adapun, beberapa komunitas yang masuk dalam pangsa pasar Coffee Toffee adalah kalangan pecinta otomotif, seperti komunitas mobil dan motor. Selain itu, dia juga menyebut beberapa fan base artis bergenre tertentu menjadi bidikan market Coffee Toffee.

“Untuk yang fan base kami sudah ada kolaborasi dengan komunitas penggemar musik Korea atau K-Pop,” sebutnya.

Seperti yang dikutip dari laman resminya, Coffee Toffe mempunyai misi tersendiri dalam  menjalankan usahanya, diluar dari sisi bisnis yang paling utama. Misi tersebut adalah  memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia, yang meskipun sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar, banyak diantara masyarakatnya yang tidak mengetahui tentang kopi.

Selain menyasar kalangan komunitas, Coffee Toffee juga gencar melakukan pendekatan dengan beberapa perkantoran di Jakarta dan kota besar untuk menawarkan produk mereka.

“Skema utamanya tetap bisnis murni. Misalnya, kalau di kantor-kantor itu ada acara kami akan tawarkan produk kami ke mereka dengan membuka semacam booth yang nanti mereka bisa beli kopi di tempat kami. Kami juga mem-provide meeting room di gerai kami,” jelasnya.

Untuk segmen pasar sendiri, Coffee Toffee membidik market yang berada pada level stratifikasi middle up. Hal ini kemudian terkolerasi kepada nilai jual produk yang ada pada kisaran harga Rp50.000.

Untuk urusan kinerja, Ilham menjelaskan bahwa selama kuartal I/2019 pihaknya telah mampu memenuhi target penjualan sebesar 30%. Adapun, untuk pertumbuhan penjualan pada sepanjang 2019, stakeholders Coffee Toffee memasang angka 20%-30% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.

Saat ini, Coffee Toffee sendiri telah memiliki 150 gerai utama yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Dulu kami punya gerai-gerai yang lebih kecil, dan itu jumlahnya sangat banyak. Namun, saat ini kami fokuskan untuk di gerai utama saja,” tutup Ilham.

Coffee Toffee

  • Company: PT. Coffee Toffee Indonesia
  • Country: ID
  • Since: 2006
  • Outlet: 53
  • BEP: -
  • Franchise Fee: 150000000
  • Royalty: 5%
  • Others: 4% (Promotion & Marketing Fee)

Request Information

To learn more about Coffee Toffee, request information today!

DISCLAIMER
FranchiseGlobal.com tidak bertanggungjawab atas segala bentuk transaksi yang terjalin antara pembaca, pengiklan, dan perusahaan yang tertuang dalam website ini. Kami sarankan untuk bertanya atau konsultasi kepada para ahli sebelum memutuskan untuk melakukan transaksi. Tidak semua bisnis yang ditampilkan dalam FranchiseGlobal.com menerapkan konsep franchise semata, melainkan menggunakan konsep franchise, lisensi, dan kemitraan.

Member of:

Organization Member:

Media Partner:

Our Community: